Author : Syner97 Admin
Ditengah semakin menggunungnya masalah sampah di Indonesia, pembahasan terkait managemen pengelolaan sampah kini jadi perhatian masyarakat moderen saat ini. Sampah dan siklus pembuangan di beberapa wilayah di Jawa Barat faktanya masih menimbulkan banyak masalah. Dari data yang diperoleh, siklus sampah biasanya berawal dari rumah, pembersihan dan pengumpulan, TPS, pengangkutan ke TPA dan berakhir di TPA. Dari serangkaian siklus tersebut permasalahan bukan hanya pada pengelolaan sampah namun pada saat pendistribusian sampah ternyata berbagai kendala terjadi, misalnya pada TPS sering mengalami penumpukan sampah dan tragedi TPA Leuwigajah yang mengalami longsor akibat adanya ledakan dari akumulasi gas metana (CH4), rentetan kasus yang pernah terjadi ini menunjukan bahwa masyarakat perlu adanya gerakan berkesadaran untuk memulai aksi pengelolaan sampah agar sampah tidak banyak terbuang di TPA.
“Data dari pegelolaan sampah di Indonesia menunjukan bahwa 69% sampah berakhir di TPA, 7% berhasil di daur ulang, namun 24% sampah dikelola dengan ilegal dumpling atau dibakar, terpendam di permukaan tanah atau bahkan terbawa ke laut,” ungkap Irfan Kesuma selaku pendiri Rumah Pasundan Garut melalui Webinar seri #4 bertajuk Household Waste Management bersama Syner97 ITB, pada Jumat,(4/8/2021).
Kondisi sampah di Indonesia pada tahun 2021 produksi sampah nasional mencapai 67,8 juta ton sampah, dan indonesia menghasilkan sampah kantong sampah plastik sebanyak 4000 ton pertahun dan hasil riset menunjukan 50% kantong plastik hanya sekali pakai, sisanya menjadi sampah. Hasilnya indonedia menjadi negara ke-2 terbesar di dunia penghasil sampah ke lautan. “Bumi darurat sampah” tambah Irfan Kusuma dalam sesi materinya.
Di Indonesia sendiri regulasi pengeloaan sampah ini sudah diatur dalam UU No.18 Tahun 2008, sedangkan di Kota Bandung aturan terkait pengeloaan sampah tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Bandung NO.9 Tahun 2018 tentang pengelolaan sampah dengan ancaman kurungan penjara paling lama 6 bulan dan denda paling banyak 50 juta rupiah jika ada masyarakat yang kedapatan membakar sampah di badan jalan, jalur hijau, taman selokan dan tempat umum.
Salah satu perilaku berkesadaran terkait pengelolaan sampah adalah dengan menerapkan hidup (Zero)Less waste. (Zero)Less waste merupakan bagian dari perilaku hidup berkesadaran berdasarkan fitrah yang mengedepankan konsumsi sesuai kebutuhan serta bertanggung jawan atas sisa konsumsi yang dihasilkan sehingga sangat minimal jumlahnya yang berakhir di TPA. Komposisi sampah berdasarkan sumber sampah terbanyak disumbah oleh sampah Rumah Tangga, maka dari itu masyarakat perlu memahami gerakan untuk meminimalisir produksi sampah dimulai dari rumah dan lingkungan sekitar rumah.
Tentunya dalam mengelola sampah masyarakat perlu memahami dan mimilah jenis sampah berdasarkan sampah organik dan anorganik. Mulai dari Sampah organik yang bisa diolah kembali menjadi Eco Enzym, Sabun dari Minyak Jelantah, dan menjadikannya pupuk kompos. “Untuk yang Anorganik kami serahkan kepada pengelola kompeten, ada ke bank sampah @malangbongbersemi, @armadakemasan, sampah multilayers @rebricks, elektronik kami kirimkan ke @ewasterj, Pakaian yang sudah tidak digunakan rencananya dikirimkan ke @bbres.id, dan untuk sampah masker dikirimkan ke Fasilitas Kesehatan,” kata Minessa Mahardika dalam sesi materinya.
Selain itu, langkah mempercepat pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah komunal, artinya masyarakat dapat mengelola sampah bersama komunitas. Langkah utamanya yakni dengan memilah sampah organik yang kemudian akan diolah menjadi pakan magot dan sampah anorganik disetorkan ke bank sampah setempat. Dewis Akbar dari Garut Zero Waste kemudian menjelaskan terkait BELAplasma yang pengelolaannya dapat dilakukan di tingkat RT/RT, caranya dengan mengumpulkan sampah organik yang sudah dipilah lalu setelah dicacah dan akan langsung diberikan ke magot BSF (Black Soldier Fly), dengan estimasi 1x1 meter dapat mengelola hingga 5 Kg sampah organik dalam sehari.
“Dari 1 ton sampah organik dapat menghasilkan 100kg larva BSF, jani nanti magotnya bisa jadi campuran pakan ayam artinya diperkirakan hasilnya jadi 50 kg daging ayam, dan pupuk padatnya 50kg dan pupuk padatnya dan pupuk cairnya 300 Kg,” tambah Dewis Akbar dari Garut Zero Waste yang dijelaskan dalam sesi BELAplasma.
Dengan adanya gerakan berkesadaran pengelolaan sampah organik maupun anorganik di lingkungan masyarakat diharapkan bisa menjadi solusi terkait berbagai macam masalah di Indonesia khususnya di Jawa Barat.
2 tahun yang lalu
Harman Subakat
telah mendonasikan untuk program:
Peduli Gempa Cianjur, Syner97 akan Bangun Rumah Bambu Plester
2 tahun yang lalu
Harman Subakat
telah mendonasikan untuk program:
Peduli Gempa Cianjur, Syner97 akan Bangun Rumah Bambu Plester
2 tahun yang lalu
Harman Subakat
telah mendonasikan untuk program:
Peduli Gempa Cianjur, Syner97 akan Bangun Rumah Bambu Plester
2 tahun yang lalu
Anonim
telah mendonasikan untuk program:
Peduli Gempa Cianjur, Syner97 akan Bangun Rumah Bambu Plester
2 tahun yang lalu
Anonim
telah mendonasikan untuk program:
Peduli Gempa Cianjur, Syner97 akan Bangun Rumah Bambu Plester